Minggu, 02 Juli 2017

Pengelolaan Kelas



Pengelolaan Kelas

Mengapa Kelas Perlu Dikelola Secara Efektif
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempaan pembelajaran murid ( Charles, 2002; Everstson, Emmer & Worstham, 2003). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada peraturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pengetahuan social. Tren baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembibingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada control eksternal atas diri murid. Secara historis, dalam manajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar, guru dianggap lebih sebagai pemandu, coordinator dan fasilitator ( Freiberg, 1999; Kauffman,dkk.,2002). Model manajemen kelas yang baru bukan mengarah pada model permisif. Penenkana pada perhatian dan regulasi diri murid bukan berarti guru tidak bertanggungjawab atas apa yang terjadi dikelas ( Emmer & Stough, 2001).

Kelas Padat, Kompleks  dan Berpotensi Kacau
Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan 6 karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya.
·         Kelas aadalah multidimensional. Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas,mulai dari akyivitas akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, sampai aktivitas social seperti bermin, berkomunikasi dngan teman, dan berdebat.
·         Aktivitas terjadi secara simultan. Banyak aktivitas kelas terjadi secara simultan.
·         Hal-hal terjadi secara cepat. Kejadian seringkali terjadi di kelas dan membutuhkan respon cepat.
·         Kejadian serigkali tidak bisa diprediksi.
·         Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat public dimana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian tidak terduga, dan mengalami frustasi.
·         Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Mereka ingat bagimana guru menangani perilaku yang bermasalh di awal tahun, dimana guru bersikap pilih kasih, dan bagaimana guru menepati janjinya.





Tujuan dan Strategi Manajemen
Manajemen kelas yang efektif punya dua tujuan : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murd mengalami problem akademik dan emosional.

Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip Penataan Kelas
Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat anda pakai untuk menata kelas anda ( Evertson, Emmer & Worstham, 2003) :
1.      Kurangi kepadatan ditempat lalu lalang.
2.      Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid.
3.      Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
4.      Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

Gaya Penataan
-          Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk mengahadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium dipakai ketika seorang guru mengajar atau seseorang memberi presentasi kek kelas.
-          Gaya tatap muka, murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini.
-          Gaya off-set, sejumlah murid ( biasanya 3 atau 4 anak) duduk dibangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan dalam wilayah ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan dapat efektif untuk kegiatan pembeajaran kooperatif.
-          Gaya seminar, sejumlah besar murid duduk di susunan berbentuk lingkaran atau persegi atau bentuk U. Ini terutama efektif ketik anda ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan anda.
-          Gaya klaster, sejumlah murid ( biasanya 4-8 anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas pelajaran kolaboratif.



Tes dan Evaluasi



Tes dan Evaluasi

Tes standar adalah tes yang mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.
Tujuan Tes Standar :
·         Memberikan informasi tentang kemajuan murid
·         Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
·         Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program
·         Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
·         Membantu administrator mengevaluasi program
·         Memberikan akuntabilitas

Perhatian terhadap akuntabilitas telah memunculkan tes berbasis standar, yaitu tes yang menilai kemam[uan atau keahlian yang diharuskan dipunyai murid sebelum mereka naik ke kelas berikutnya atau kelulusannya. Tes beresiko tinggi menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi  penting bagi murid, memengaruhi keputusan seperti apakah murid itu naik kelas atau  lulus.

Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar

v  Kelompok norma, yaitu kelompok dari invidu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji.
v  Validitas, yaitu sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak.
Ada tiga kriteria validitas :
1.      Validitas isi, kemampuan tes untuk mencakup sampel isi yang hendak diukur.
2.      Validitas kriteria, kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kriteria lain. Validitas kriteria dapat berupa concurrent validity yaitu relasi antara nilai tes dengan kriteria lain yang ada saat ini dan predictive validity yaitu relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid.
3.      Construct validity, yaitu sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu. Sebuah konstruk adalah ciri atau karakteristik yang tidak bisa dilihat dari seseorang, seperti ntelegensi, gaya belajar, personalitas, atau kecemasan.
v  Reliabilitas, yaitu sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Reabilitas dapat diukur dengan beberapa cara , antara lain :
1.      Tes-retest reliability yaitu sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda.
2.      Alternate-forms reliability yaitu reliabilitas ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistenkah skornya.
3.      Split-half reliability yaitu reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil. Nilai pada dua set item itu dibandingkan guna menentukan seberapa konsistenkah kinerja murid di kedua set itu.
v  Keadilan, tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif. Tes itu tidak dipengaruhi faktor-faktor seperti gender, etnis, atau faktor subjektif seperti bias penilai.


Tes Kecakapan dan Prestasi

Tes kecakapan adalah tipe tes yang didesain guna memprediksi kemampuan murid untuk mempelajari suatu keahlian atau menguasai sesuatu dengan pendidikan dan training tingkat lanjut. Sedangkan tes prestasi adalah tes yang dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah dipelajari atau keahlian apa yang telah dikuasai murid.



Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana kegiatan telah dicapai, bagaimana perbdaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itubila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Paedagogi dan Andragogi



Paedagogi dan Andragogi

Lingkup Aplikasi dan Isu-isu Andragogi
1.      Lingkup Aplikasi
Andragogi berlaku bagi segala bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill), seperti pengembangan manajemen. Aplikasi andragogy berlaku di ruangan kursus,pelatihan, pembekalan, pembimbingan khusus, bimbingan professional, pemberantasan buta aksara, dan lain-lain. Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogy dengan desain pelatihan seperti berikut ini.
a.       Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan, misalnya, perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
b.      Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam kontes tugas umum yang akan dilakukan.
c.       Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latarbelakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.
d.      Karena orang dewasa cenderung mandiri, pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang dibuat.

Lima Isu
Dalam upaya untuk merumuskan teori belajar orang dewasa yang komprehensif, Malcolm Knowles, pada tahun 1973, menerbitkan buku tentang pembelajar dewasa. Mereka ini dinilainya sebagai spesies terlantar . Diinspirasi oleh pemikiran awal yang dikemukakan oleh Lindeman, Knowles menegaskan bahwa orang dewasa menemukan kondisi tertentu untuk belajar. Dia menjamin istilah andragogy untuk mendefenisikan dan menjelaskan kondisi.
Seperti dijelaskan sebelumnya, andragogy awalnya didefenisikan sebagai seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar. Belakangan ini istilah andragogy cenderung didefenisikan sebagai sebuah alternative untuk paedagogi yang fokusnya mengacu pada pendidikan bagi siswa atau peserta didik dari segala usia. Dari sini jelas, kedewasaan seseoranglah yang menjadi focus pendekatan, bukan dewasa dalam makna usia atau kategori rentang umur. Model andragogis menegaskan lima isu akan mempertimabangkan dan dibahas dalam pembelajaran formal. Lima isu itu adalah :
1.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik tahu mengapa ada sesuatu yang penting untuk dipelajari.
2.      Menunjukkan kepada peserta didik bagaimana mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi yang tersedia.
3.      Topik kegiatan belajar terkait pengalaman peserta didik.
4.      Manusia tidak akan belajar sampai mereka siap dan termoivasi untuk belajar.
5.      Diperlukan upaya untuk membantu merekamengatasi hambatan perilaku, dan keyakinan tentang belajar.


2.      Pergeseran Konsepsi

Di era informasi ini implikasi pergeseran konsepsi pembelajaran berpusat pada guru ke berusat pada siswa merupakan fenomena pendidikan yang mengejutkan. Keduanya ada dalam realitas dan sering kali terpaksa seperti itu. Kata “berpusat” dalam kerangka “berpusat pada guru” atau “berpusat pada siswa” mestinya dipahami sebagai mana yang dominan pada situasi bagaimana dan untuk tujuan apa.



3.      Antonim Pedagogi

Andragogi adalah antonym atau kata yang berlawanan makna dengan pedagogi. Andragogi adalah teori yang menjelaskan metode spesifik yang harus digunakan dalam pendidikan orang dewasa. Andragogi mensyaratkan bahwa pelajar dewasa terlibat dalam identifikasi kebutuhan belajar mereka dan perencanaan bagaimana kebutuhan-kebutuhan tersebut bisa dipenuhinya. Belajar bagi orang dewasa harus menjadi aktif, bukan proses pasif.




Perbedaan antara Pedagogi dan Andragogi

1.      Aspek Fundamental

Apa perbedaan pedagogi dan andragogy ? Malcolms S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin ilmu andragogy dan pedagogi.


Andragogy :
-          Pembelajar disebut “peserta didik” atau “warga belajar”.
-          Gaya belajar independent
-          Tujuan fleksibel
-          Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
-          Menggunakan metode pelatihan aktif
-          Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan
-          Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting
-          Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata
-          Peserta dianggap sebagai sumberdaya untuk ide-ide dan contoh

Pedagogi :
-          Pembelajar disebut “siswa” atau “anak didik”
-          Gaya belajar dependent
-          Tujuan ditentukan sebelumnya
-          Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman dan/atau kurang informasi
-          Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah/ceramah
-          Guru mengontrol waktu dan kecepatan
-          Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
-          Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritis
-          Guru sebagi sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh